Ads 468x60px

Dapat uang melalui internet

10/17/12

MAKALAH TAWURAN REMAJA



berikut ini merupakan makalah mengenai tawuran remaja yang semakin membudaya di kalangan kaum remaja Indonesia.


" DADA SANG GARUDA
 DISAYAT SISWA SMA 70 JAKARTA"





DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB. I            PENDAHULUAN
                        I.1 Latar Belakang
                        I.2 Tujuan
BAB. II           PERMASALAHAN
                        II.1 Harapan – Kenyataan
                        II.2 Sebab-sebab
BAB. II           PEMECAHAN MASALAH
BAB. IV         KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk.Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.
Namun, seiring dengan perjalanan waktu nilai-nilai yang terdapat pada butir-butir pancasila semakin mengkhawatirkan.Mulai dari sila Ketuhanan yang maha Esa hingga sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pun telah ternoda.Banyak aliran-aliran sesat yang “berkeliaran” di bumi Indonesia.
Banyak pelanggaran-pelanggaran HAM terjadi di Indonesia.Tak sedikit pula pertikaian-pertikaian terjadi di Indonesia yang sangat menodai sila persatuan Indonesia.Sila keempat pun tak luput dari penodaan, seperti banyak oknum-oknum yang memaksakan kehendak sendiri tanpa jalan musyawarah.Apalagi untuk sila kelima, Indonesia seperti sudah tidak mengenal keadilan.
Akhir-akhir ini banyak media yang menyorot sebuah kejadian atau peristiwa yang sangat mencengangkan dan sangat merusak citra sila-sila yang ada di dada sang garuda pancasila. Perkelahian antara siswa SMA 6 Jakarta dengan SMA 70 Jakarta yang memakan “tumbal” seorang siswa SMA 6 Jakarta. Sungguh ironis, di saat Indonesia tengah dahaga akan generasi yang cerdas tapi para generasi-generasi muda malah mengedepankan kekerasan. Akankah nanti Indonesia akan di pimpin oleh calon-calon preman ini????
Sebuah masalah yang begitu klasik sekali yang memprihatinkan.Oleh karena itu, saya ingin mengupas permasalahan ini menjadi judul makalah saya.Karena saya rasa ini telah menodai butir-butir pancasila terutama mengenai sila persatuan Indonesia.
1.2    Tujuan
a.       Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah pendidikan pancasila
b.      Untuk mengetuk matahati para generasi muda
c.       Dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak yang berkaitan




BAB II
PERMASALAHAN

II. 1     HARAPAN – KENYATAAN
Pemuda adalah harapan bangsa. Kelak mereka yang akan menahkodai bangsa ini. Semua tergantung dari seberapa besar pengorbanan yang akan mereka persembahkan. Kita hanya bisa berharap semoga mereka mampu memaksimalkan kinerja mereka masing-masing untuk memajukan bangsa ini. Jika kita menyusuri sejarah bangsa ini, kita akan bertemu generasi 1900-an yang mempelopori kebangkitan nasional dengan terbentuknya Boedi Oetomo sebagai organisasi yang boleh dikatakan sebagai titik awal terbentuknya organisasi yang bersifat nasional. Dilanjutkan dengan perjuangan generasi 1928 yang berhasil mempelopori persatuan nasional melalui Sumpah Pemuda. Lalu, kita akan bertemu dengan generasi 1945 yang mempelopori perjuangan kemerdekaan dan generasi 1966 yang berhasil mengakhiri rezim Orde Lama. Semua angkatan itu silih berganti sampai datang angkatan 1998 yang mampu menumbangkan rezim Orde Baru. rangkaian sejarah ini membuktikan bahwa peran pemuda sangat dinantikan untuk percepatan perbaikan bangsa. Mereka bersatu dengan meluruskan akhlak dan niat untuk menuju perbaikan Indonesia. Mereka bergerak di bawah kepemimpinan yang jelas dan terarah. Mereka bersatu padu seperti seikat sapu lidi yang mampu membersihkan sampah-sampah yang berserakan.
Melihat kenyataan yang terjadi saat ini, maka dibutuhkan sosok pemuda yang dapat melakukan akselerasi perbaikan bangsa. Akselerasi tersebut dapat terwujud melalui tindakan nyata dan peran yang dapat mereka berikan. Lalu, peran seperti apakah yang dapat membawa kita menuju ke gerbang kesejahteraan ?. Tidak adanya ekonom brilian yang bergerak bersama di negeri ini untuk dapat memahami, mencerna dan menemukan jalan keluar bagi krisis ekonomi merupakan salah satu penyebab kemunduran bumi pertiwi. Begitu juga dimensi-dimensi lain dimana masing-masing pribadi bergerak sendiri untuk memenuhi kebutuhan dan keuntungan pribadi. Mereka memang manusia-manusia brilian dan jenius tetapi seperti lidi yang berserakan, tidak terorganisasi menjadi kekuatan bangsa di bawah sebuah kepemimpinan yang solid. Kepemimpinan yang kuat dan baik tidaklah menjamin semua kesulitan kita selesai, tapi kepemimpinan yang kuat dan baik memastikan bahwa semua solusi strategis dan teknis yang kita rumuskan dapat bekerja secara benar dan efektif. Tapi, itu pulalah yang menjadi kunci masalah dimana semua berakar dari sana : krisis akhlak dan kepemimpinan.
Akhir-akhir ini Indonesia di hebohkan dengan berita tawuran antara pelajar SMA 6 Jakarta dengan pelajar SMA 70 Jakarta yang merenggut  seorang korban tewas bernama Alaway (siswa SMA 6 Jakarta).
Sungguh ironis jika kita melihat kemerosotan moralitas yang terjadi dikalangan generasi-generasi muda Indonesia saat ini.Dari tahun ketahun tawuran antar pelajar semakin marak terjadi.Kebanyakan penyebabnya adalah hal-hal yang sangat sepele.Seperti berawal dari saling ejek yang ujung-ujungnya berakhir dengan tawuran.Yang sangat memprihatinkan, beberapa tawuran pelajar berbuntut pada jatuhnya korban jiwa.Pasalnya, para pelajar-pelajar yang melakukan tawuran tak hanya bersenjatakan tangan hampa, tak tangung-tanggung mereka membawa barang-barang tajam seperti gir sepeda, bambu, bahkan parang ataupun samurai.
Jika saja para generasi muda Indonesia berkarakter preman seperti ini, akankah negeri ini kelak menjadi negerinya para preman. Dahulu para pendiri bangsa Ini sangat kagum akan jiwa-jiwa para pemuda. “ berikan aku 10 pemuda, maka aku akan merubah dunia ini “ kata bung Karno. Namun moral para pemuda-pemuda Indonesia saat ini sungguh memprihatinkan.Tawuran yang tidak ada habisnya seolah meperlihatkan bahwa saat ini tawuran pelajar sudah menjadi budaya. Dan jika kita kaitkan dengan nilai-nilai luhur bangsa ini yang tertuang pada sila pancasila, mereka seolah akan menjadi manusia yang tidak beradab.

II.2      SEBAB-SEBAB PERMASALAHAN
Banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan munculnya karakter-karakter preman pada diri remaja indonesia yang dapat merusak masa depan bangsa ini. Mulai dari diri sendiri, keluarga, sekolah, dan juga lingkungan di mana remaja tersebut bergaul maupun bermasyarakat.
1.      Faktor internal
 Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan pengakuan.
2.      Faktor keluarga.
 Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (kurang harmonis) jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, ia akan menyerahkan dirnya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya.
3.      Faktor sekolah.
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam “mendidik” siswanya.
4.         Faktor lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap moral remaja. Masa remaja merupakan masa mencari jati diri atau masa pembentukan karakter. Jika lingkungan sekitarnya merupakan lingkungan yang baik, seorang remaja akan mempunyai karekter yang baik. Tapi sebaliknya, jika lingkungan dimana remaja tersebut tinggal atau bermain sangatlah buruk maka remaja tersebut akan memiliki moral yang buruk, memiliki karekter-karakter yang tercela di lingkungan seperti ini lah karakter-karakter preman tersebut tumbuh sehingga remaaj-remaja tersebut pun cenderung kasar dan susah untuk diatur.  





















BAB III
PEMECAHAN MASALAH
Tawuran yang terjadi antara siswa SMA 6 Jakarta dengan siswa SMA 70 Jakarta yang menewaskan seorang siswa SMA 6 Jakarta bernama Alawy merupakan tamparan bagi dunia pendidikan Indonesia. Pendidikan Indonesia menjadi sorotan publik atas kejadian ini. Pemerintah dalam hal ini adalah kementrian pendidikan berfikir keras mencari solusi ataupun pemecahan dalam menangani masalah tawuran yang telah menjadi budaya di kalangan generasi-generasi muda Indonesia.
Pencegahan tawuran tidak bisa dilakukan dengan sekali tindak, sebab penyebab terjadinya perkelahian yang berujung dengan tawuran juga tidak dengan tiba-tiba. Membutuhkan kerjasama banyak pihak untuk mencegahnya. Berikut ini adalah cara mencegah dan menanggulangi tawuran:
Pendidikan dari Keluarga Sejak Dini
Keluarga merupakan lingkup lingkungan yang paling kecil. Hal-hal mendasar dari sikap baik atau buruknya seseorang berawal dari didikan lingkup keluarga. Oleh karena itu, pendidikan yang baik dari keluarga tentang kedisiplinan, tenggang rasa, dan saling menghormati sangat diperlukan. Terlebih dengan penanaman nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Jika sudah sejak kecil sudah terbiasa akan didikan yang baik dan benar, maka insya Allah ketika dewasa seorang anak tidak akan bertindak yang melanggar norma agama maupun norma kehidupan.
Tanamkan Pendidikan Agama dan Perilaku dari Sekolah
Setelah keluarga berperan mendidik dengan benar, maka lingkungan selanjutnya yang bertanggungjawab adalah pihak sekolah atau perguruan tinggi. Anak usia sekolah biasanya suka bereksperimen dalam bergaul, sehingga jika tidak didukung oleh didikan dari sekolah yang benar bisa saja terjadi eksperimen yang berbahaya dan membahayakan. Tawuran misalnya. Bergaul dan berkumpul dengan sesama remaja sekolah di pinggir jalan (biasanya dilakukan setelah pulang sekolah) bisa menyebabkan saling ejek antara siswa satu sekolah dengan siswa sekolah lain yang berujung pada tawuran antar sekolah.
Hal ini sangat biasa terjadi dalam lingkungan sekolah yang kurang menanamkan pendidikan agama dan pendidikan perilaku. Sebagian sekolah kurang memperhatikannya karena tuntutan kurikulum sekolah yang mengacu pada nilai akademik. Perubahan kurikulum sekolah dari Kemendiknas untuk memperbanyak pendidikan attitude sangat diperlukan, terutama pada tingkat Sekolah Dasar. Pihak sekolah juga seharusnya berinovasi semaksimal mungkin agar penanaman akhlak kepada siswanya bisa diterima dengan baik.
Memilih Teman Bergaul dalam Masyarakat
Lingkungan masyarakat ini yang paling luas cakupannya. Terkait dengan pergaulan seseorang. Tidak ada yang bisa memfilter pergaulan seseorang ketika sudah mengenal masyarakat luas. Istilahnya masyarakat itu merupakan alam bebas. Tak ada lagi istilah dituntun berjalan. Hanya pribadi masing-masing orang yang bisa mencegahnya. Hati-hati memilih kawan bergaul, harus selektif. Penanaman pendidikan perilaku mendasar sudah diberikan oleh keluarga dan sekolah. Memang antar semuanya saling terkait. Kita sebagai komponen masyarakat hendaknya selalu berusaha menasihati dan mengingatkan akan bahaya risiko akibat dari tawuran.
Jangan sekali-kali beranggapan bahwa tawuran itu hal yang biasa, sudah tak perlu lagi diwaspadai. Tawuran merupakan bahaya turunan, jika anak-anak kita sudah berani bertindak kekerasan secara jamaah maka bukan mustahil cucu kita nanti juga akan menuruni sifat orangtuanya.
Intinya, pendidikan agama dan attitude harus dilakukan kapanpun dan dimanapun oleh semua komponen luas baik itu keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat itu sendiri untuk mencegah terjadinya mencegah tawuran. Termasuk tanggungjawab kita, orang-orang yang masih berpikir logis bahwa tawuran itu hal yang tidak baik, berbahaya, dan merusak banyak fasilitas.





















BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Tawuran pelajar yang semakin marak terjadi di Indonesia dapat digolongkan sebagi salah satu tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Selain merusak nilai dari sila persatuan Indonesia, tapi juga menodai sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Perilaku yang sangat bertentangan nilai-nilai luhur dari bangsa Indonesia ini.
Tawuran yang terjadi di Jakarta antara para pelajar SMA 6 Jakarta dengan para pelajar SMA70 Jakarta yang memakan korban tewas siswa SMA 6 Jakarta merupakan salah satu dari sekian banyak kasus tawuran terjadi di Indonesia. Moral anak bangsa yang semakin memburuk sangat memprihatinkan bagi nasib masa depan bangsa Indonesia ini.
Banyak faktor yang mempengaruhi semakin maraknya budaya tawuran dikalangan remaja. Mulai dari faktor keluarga, lingkungan, sekolah, dan juga faktor moral remaja Indonesia yang mengalami kemrosotan. Perlu ada upaya pencegahan yang dilakukan oleh semua pihak. Pemerintah yang dalam hal ini kementrian pendidikan hendaknya mampu memberikan sebuah pencegahan agar moral remaja tidak semakin terpuruk. Peran keluarga juga sangat diperlukan untuk menciptakan karakter-karekter remaja yang bermoral mulia. Sehingga menciptakan generasi-generasi muda harapan bangsa yang tangguh dalam segala hal.















DAFTAR PUSAKA



0 komentar:

Cloap Program Affiliasi